Olehkarena itu, iman merupakan sesuatu yang sangat M. Natsir lahir di Jembatan Berukir. Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, pada hari Jumat, 17 Jumadil Akhir 1326 H bertepatan dengan 17 Juli 1908 M. Ibunya bernama Khadijah. Peradaban merupakan sesuatu yang lahir dari system pengetahuan dan juga merupakan
Satutahun dalam kalender baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari, dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 sebelum Masehi, sehingga tahun berikutnya dimulai pada tanggal I Januari. Pendapat yang menghalalkan berangkat dari argumentasi bahwa perayaan malam tahun baru Masehi tidak selalu terkait dengan ritual agama tertentu
AlAnbiyaa’:47) 3. Selalu mengingat kematian. Iman kepada hari akhir akan membuat seseorang selalu mengingat kematian. Sedangkan mengingat kematian adalah salah satu tanda orang
Dankita pun tidak tahu bagaimana respon yang bekerja di dalam hati orang yang meninggal itu, terutama di akhir-akhir kehidupannya. Sebab bisa saja keputusan seseorang masuk sorga atau tidak diberikan oleh Tuhan Yesus menjelang akhir hidup orang tersebut. dan dimensi fisik. Terkait dengan makna kebenaran spiritualnya perintah Allah yang
Berdasarkanaturan-aturan di atas RA Al Kamilah mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di tingkat Raudhatul Athfal dengan mengikuti panduan yang disusun oleh Kementerian Agama Prov Jawa Barat serta ketentuan lain yang menyangkut kurikulum seperti yang dituangkan dalam UU No 20./2003 dan PP No. 19/2005, dengan pemahaman
Orangyang beriman terhadap hari akhir pasti akan selaluberhati-hati dalam bersikap, karena ia menyadari bahwa kesalahan sedikit sajayang diperbuatnya akan mengurangi kesempatannya
ISVR. - Iman kepada hari akhir merupakan rukun iman yang kelima yang wajib diyakini oleh umat Islam. Hari akhir atau disebut juga sebagai hari kiamat merupakan hari berakhirnya seluruh kehidupan di dunia. Menurut KBBI, hari kiamat adalah hari kebangkitan sesudah mati orang yang telah meninggal dihidupkan kembali untuk diadili perbuatannya. Hari kiamat disebut juga sebagai akhir zaman. Dilansir dari NU online, iman kepada hari akhir berarti meyakini adanya hari kemudian atau akhirat. Hari akhir merupakan masa yang mana semua makhluk menjadi rusak dan binasa, kemudian semua manusia dibangkitkan dari kuburnya. Kemudian, semua amal manusia dihitung dan ditimbang dihisab. Selanjutnya, manusia diberi ganjaran sesuai dengan amal dan perbuatannya di dunia. Balasan tersebut berupa surga dan neraka. Bagaimana Kondisi Dunia saat Hari Akhir? Allah SWT menggambarkan kondisi hari kiamat dalam Alquran. Antara lain surat Al-Hajj ayat 6 dan 7 yang artinya sebagai berikut Baca Juga Apa yang Dilakukan Binatang di Dunia Saat Hari Kiamat? Ini Penjelasan Ustadz Nur Rohmad Yang sedemikian itu, supaya engkau mengerti bahwa Tuhan Allah itu Tuhan yang benar dan Tuhan itu menghidupkan segala yang telah mati. Lagi Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan sesungguhnya kiamat itu pasti datang, tiada ragu lagi. Tuhan Allah benar-benar akan membangkitkan orang-orang yang ada dalam kubur.” Al-Hajj 6 –7 Kemudian, surat Az-Zumar ayat 68 yang artinya “Sungguh pada hari Qiyamat akan ditiup sangkakala trompet lantas matilah sekalian apa yang ada di langit dan yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian akan ditiup padanya sekali lagi, kemudian mereka sekalian akan bangkit memandang menunggu keputusan.” Az-Zumar 68 Begitu penting untuk meyakini adanya hari akhir. Rasulullah SAW juga mengimbau umatnya untuk melaksanakan rukun iman kelima itu. Nabi juga menjabarkan sikap yang mencerminkan Iman kepada hari akhir. Seperti yang tertuang dalam hadis berikut ini. Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya”. Baca Juga Ingin Mati Lebih Dulu dari Erina Gudono, Kaesang Pangarep Minta Makamnya Berbentuk Lego Hikmah Iman Kepada Hari Akhir
Ilustrasi Fungsi Iman Kepada Hari Akhir, sumber Teks Co“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah, Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah.’ Dan tahukah kamu hai Muhammad, boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” [Al-Ahzaab 63]Fungsi Beriman Kepada Hari AkhirRasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Orang tadi berkata, “Engkau benar.” HR. Muslim, no. 8“Mereka bertanya kepadamu tentang kiamat Bilakah terjadinya? Katakanlah! Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku, tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat hura-haranya bagi makhluk yang di langit dan yang di bumi. Kiamat itu tidak datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah! Sesungguhnya pengetahuan tentang Hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.Al-A’raf, 7187“Ingatlah hari ketika Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat, dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga” Maryam, 1985-86“Apabila bumi digoncang dengan goncangannya yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikeluarkannya. Dan manusia bertanya Mengapa bumi jadi begini?. Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Kerana sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan yang demikian itu kepadanya. Pada hari itu manusia keluar dari kubur-kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka balasan pekerjaannya. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun nescaya dia akan melihat balasannya. Dan sesiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun, nescaya akan melihat balasannya”. Az-Zalzalah, 991-8“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada Hari Kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika amalan itu hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan pahalanya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan”. Al-Anbiya, 2147“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapati laknat Allah, para Malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam laknat itu; tidak akan di-ringankan siksa dari mereka dan tidak pula mereka diberi tangguh.” [Al-Baqarah/2 161-162]
Kita beriman bahwa kematian bukan akhir perjalanan dan bahwa manusia diciptakan untuk kekal selamanya. Akan tetapi, kematian memindahkan manusia dari satu tempat ke tempat lain; dari negeri ujian ke negeri balasan. Hari ini adalah kerja tidak ada hisab. Sementara, esok adalah hisab tidak ada kerja. Di akhirat seluruh jiwa diberi balasan sesuai dengan amal yang ia lakukan dan abadi menurut amal yang telah dikerjakan. يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ. فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka balasan pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan meski seberat biji atom, niscaya dia akan melihat balasannya. Serta barangsiapa yang mengerjakan kejahatan meski sebesar biji atom, niscaya dia akan melihat balasannya pula.[1] Seluruh risalah langit mengajak untuk beriman kepada hari akhir serta pahala dan hukuman, serta sorga dan neraka yang ada di dalamnya. Terutama, risalah Islam yang menjadikan masalah kebangkitan sebagai salah satu tema utama Alquran sekaligus mendebat kaum musyrikin yang mengingkari keberadaannya. Alquran menjelaskan kepada mereka bahwa Allah adalah وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ Dialah yang menciptakan manusia dari permulaan kemudian mengembalikan menghidupkannya kembali. Menghidupkan kembali adalah lebih mudah bagi-Nya.[2] أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ Apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah kuasa pula menciptakan yang serupa dengan mereka.[3] Selanjutnya Allah menjelaskan kepada mereka bahwa hikmah Tuhan Yang Mahaagung, Maha Mengetahui, dan Mahakuasa menghendaki agar makhluk tidak lenyap begitu saja. Sebab, ada orang yang terbunuh, yang diperlakukan sewenang-wenang, serta yang dianiaya, sementara si penganiaya belum mendapatkan balasannya dan orang yang dianiaya belum mendapatkan haknya. Allah befirman, وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ . أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada antara keduanya dengan sia-sia. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir. Maka, celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah pula Kami menganggap orang- orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?![4] أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ . فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ Apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?Maha Tinggi Allah, Raja yang Sebenarnya.[5] Alquran memandang bahwa penciptaan manusia akan menjadi sia-sia tanpa tujuan dan hikmah jika ia tidak dibangkitkan lagi setelah mati guna mendapatkan balasan yang setimpal. Inilah sangkaan kaum materialis atau atheis yang berkata, ”Kami mati dan hidup tanpa ada yang membinasakan kami kecuali perjalanan masa. Manusia dilahirkan oleh rahim dan ditelan oleh bumi. Tidak ada lagi selain itu.” Betapa hina dan naifnya kehidupan jika berakhir semacam itu. Alquran membantah kaum musyrikin yang mengingkari hari kebangkitan di mana dengan sombong mereka meminta agar Allah menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur. Alquran juga membantah mereka yang tidak memahami keadilan dan kebijaksanaan-Nya dengan menyangka bahwa lembaran kehidupan ini akan segera dilipat sementara orang yang baik tidak mendapat balasan kebaikannya dan orang jahat tidak mendapat balasan dari kejahatannya. Seolah-olah tidak ada Tuhan yang mengatur alam ini. Di samping itu, Alquran membantah orang-orang yang mengira bahwa di akhirat nanti akan berguna syafaat sejumlah orang yang bisa memberikan syafaat dan syafaat orang-orang yang dengan pengaruhnya bisa menggugurkan prinsip keadilan. Alquran membantah bahwa sejumlah orang yang melakukan berbagai kezaliman dan dosa bisa diberi syafaat oleh tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah, atau oleh para dukun yang dijadikan sebagai perantara antara mereka dan Tuhan. Begitulah sangkaan kaum musyrikin dan sangkaan sebagian ahlul kitab. Alquran menyanggah semua klaim palsu tersebut dengan tegas dan jelas, مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ Siapa yang mengerjakan amal saleh maka pahalanya untuk dirinya sendiri. Dan siapa yang mengerjakan perbuatan jahat, maka dosanya untuk dirinya sendiri. Sekali-kali Rabb-mu tidak pernah berbuat aniaya kepada para hamba.[6] مَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى Siapa yang berbuat sesuai dengan petunjuk Allah, maka hal itu untuk keselamatan dirinya sendiri. Dan siapa yang sesat sesungguhnya ia akan merugi sendiri. Seorang yang berdosa tidak memikul dosa orang lain.[7] مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah kecuali dengan ijin-Nya.[8] وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى Berapa banyak malaikat di langit syafaat mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai-Nya.[9] وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ Mereka tidak bisa memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah.[10] فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat.[11] Alquran menegaskan bahwa syafaat hanya diberikan sesudah Allah memberikan ijin. Sementara, tidak ada seorang malaikat atau rasulpun yang bisa memaksa-Nya untuk memberikan syafaat. Juga telah digariskan bahwa syafaat tidak diberikan kepada setiap orang. Siapa yang mati dalam kondisi menyekutukan Allah dan mengingkari-Nya, Allah tidak akan mengijinkan seorangpun untuk memberikan syafaat padanya. Meskipun ada yang memberinya syafaat, maka syafaat tersebut tertolak. Pasalnya, syafaat hanya berguna bagi kalangan beriman dan bertauhid yang melakukan kesalahan. Di akhirat catatan amal akan dihamparkan, timbangan akan ditegakkan sehingga setiap orang bisa membaca kitab miliknya, اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا Bacalah kitabmu! Cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab atasmu.[12] وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا Dan diletakkanlah kitab. Lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap isinya. Mereka berkata, “Sungguh celaka kami. Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak pula yang besar, melainkan ia mencatat semuanya?!” Mereka melihat seluruh amal yang telah mereka kerjakan ada di dalamnya. Tuhanmu tidak pernah berbuat aniaya terhadap siapapun.”[13] يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadirkan di hadapannya. Begitu juga kejahatan yang telah dikerjakan. Ia ingin kalau kiranya antara ia dan hari itu ada masa yang jauh.[14] Di sini manusia mendapati dan melihat amalnya sudah berada di hadapan. هَذَا كِتَابُنَا يَنْطِقُ عَلَيْكُمْ بِالْحَقِّ Inilah Kitab catatan kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar.[15] Demikianlah kitab catatan tersebut menuturkan tentang manusia lalu timbangan datang sebagai pemutus perkara secara adil. وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ Kami akan memasang timbangan yang adil pada hari kiamat. Maka, tidak ada yang dirugikan barang sedikitpun. Jika amalan itu hanya seberat biji sawi sekalipun pasti Kami mendatangkan pahalanya. Cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.[16] Lalu, situasi ini berakhir dengan terbaginya manusia menjadi tiga kelompok Kelompok cekatan yang berada dekat dengan-Nya. Kelompok kanan. Kelompok kiri. Inilah yang Allah sebutkan dalam surat al-wâqi’ah, فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ . فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ . وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ . فَسَلَامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ . وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ . فَنُزُلٌ مِنْ حَمِيمٍ . وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ . إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ Adapun jika dia termasuk orang-orang yang didekatkan kepada Allah maka dia memperoleh ketenteraman dan rizki serta sorga yang penuh dengan kenikmatan. Jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan. Adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam yang disebutkan ini adalah suatu keyakinan yang benar.[17] Di dalam sorga terdapat berbagai bentuk kenikmatan materi dan maknawi yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, serta tidak pernah terlintas dalam benak manusia. فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menyenangkan yang disediakan sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan.[18] وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin lelaki dan perempuan bahwa mereka akan mendapat sorga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan mendapat tempat-tempat yang bagus di sorga Adn. Ridha Allah adalah lebih besar. Itulah keberuntungan yang sangat agung.[19] Adapun di neraka terdapat berbagai macam siksa moril dan materil sebagaimana yang disebutkan oleh Alquran dan diingatkan kepada kaum beriman. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; serta penjaganya berupa malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak pernah melanggar apa yang Allah perintahkan pada mereka, dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan.[20] كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain supaya mereka merasakan siksa yang ada.[21] Catatan Kaki [1] al-Zalzalah 6-8. [2] al-Rûm 27. [3] al-Isrâ` 99. [4] Shâd 27-28. [5] al-Mu’minûn 115-116 [6] Fushshilat 46. [7] al-Isrâ 15. [8] al-Baqarah 255. [9] al-Najm 26 [10] al-Anbiyâ` 28. [11] al-Muddatstsir 48. [12] al-Isrâ` 14. [13] al-Kahfi 49. [14] Ali Imran 30. [15] al-Jâtsiyah 28. [16] al-Anbiyâ 47. [17] al-Waqi’ah 88-95. [18] al-Sajadah 17 [19] al-Taubah 72. [20] al-Tahrîm 6. [21] al-Nisâ` 56.
UMAT Islam wajib meyakini hari akhir atau hari kiamat, karena iman kepada hari akhir merupakan rukun Iman yang kelima. Hari kiamat merupakan hari berakhirnya seluruh kehidupan di dunia. Tidak ada yang mengetahui kapan terjadinya. Namun, semua hal terkait hari akhir itu dijelaskan dalam Alquran. Hari akhir pasti datang dan dialami oleh semua umat manusia pada zamannya. Allah SWT berfirman mengenai hari akhir kiamat yang tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya kecuali Allah SWT. BACA JUGA Sebutan Hari Akhir dalam Alquran, Apa saja? يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ السَّاعَةِ اَيَّانَ مُرْسٰىهَاۗ قُلْ اِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّيْۚ لَا يُجَلِّيْهَا لِوَقْتِهَآ اِلَّا هُوَۘ ثَقُلَتْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ لَا تَأْتِيْكُمْ اِلَّا بَغْتَةً ۗيَسْـَٔلُوْنَكَ كَاَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَاۗ قُلْ اِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللّٰهِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ Artinya Mereka menanyakan kepadamu Muhammad tentang Kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada seorang pun yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. Kiamat itu sangat berat huru-haranya bagi makhluk yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah Muhammad, “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” Al-A’raf ayat 197. Foto Freepik Berikut pengertian iman kepada hari akhir beserta dalilnya Pengertian Iman kepada Hari Akhir Iman kepada hari akhir artinya percaya bahwa suatu saat seluruh alam semesta akan hancur dan kehidupan yang kekal akhirat akan menanti. Iman kepada hari akhir mancakup tiga hal pokok yaitu mengimani adanya hari kebangkitan, mengimani adanya hisaab perhitungan dan jazaa’ balasan, serta mengimani tentang surga dan neraka. Termasuk juga keimanan kepada hari akhir adalah mengimani segala peristiwa yang akan terjadi setelah kematian seperti fitnah kubur, adzab kubur, dan nikmat kubur. Setelah hari akhir terjadi, semua makhluk di dunia akan dimintai tanggung jawab atas amal ibadahnya selama hidup di dunia. Allah SWT berfirman, وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔاۗ وَاِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ اَتَيْنَا بِهَاۗ وَكَفٰى بِنَا حَاسِبِيْنَ Artinya Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya pahala. Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan. Al-Anbiya Ayat 47. Foto Unsplash Proses Terjadinya Kiamat Contoh iman kepada hari akhir dengan berdoa agar selamat di akhirat. Selain itu, juga bertanggung jawab atas setiap perilaku yang dilakukan di dunia. Allah SWT berfirman proses terjadinya hari akhir kiamat dan kondisinya. يَوْمَ نَطْوِى السَّمَاۤءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِۗ كَمَا بَدَأْنَآ اَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيْدُهٗۗ وَعْدًا عَلَيْنَاۗ اِنَّا كُنَّا فٰعِلِيْنَ Artinya Ingatlah pada hari langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. Suatu janji yang pasti Kami tepati; sungguh, Kami akan melaksanakannya. Al-Anbiya ayat 104 Hikmah beriman kepada hari akhir, adalah manusia bisa benar-benar memaknai tujuan kehidupan di dunia, yakni beribadah kepada Allah SWT. Ilustrasi foto NASA BACA JUGA Setelah 103 Hari, Maher Al Akhras Akhiri Aksi Mogok Makan Karena pada hakikatnya, manusia dan jin diciptakan oleh Allah SWT hanya untuk beribadah kepadaNya. Mengutip keimanan yang benar terhadap hari akhir akan memberikan manfaat yang besar, di antaranya 1. Merasa senang dan bersemangat dalam melakukan kataatan dengan mengharapkan pahalanya kelak di ahri akhir. 2. Merasa takut ketika melakukan kemaksiatan dan tidak suka kembali pada maksiat karena khawatir mendapat siksa di hari akhir. 3. Hiburan bagi orang-orang yang beriman terhadap apa yang tidak mereka dapatkan di dunia dengan mengharapkan kenikmatan dan pahala di akhirat. Wallahu a’lam bishawwab. []
loading...Iman kepada Allah sangat terkait dengan keimanan kepada hari akhir. Foto/Ilustrasi Ist Ada dua hal pokok berkaitan dengan keimanan yang mengambil tempat tidak sedikit dalam ayat-ayat Al-Quran. Pertama adalah uraian serta pembuktian tentang keesaan Allah SWT, dan kedua adalah uraian dan pembuktian tentang hari akhir . M Quraish Shihab dalam "Wawasan Al-Qur'an, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" menyatakan Al-Quran dan hadis Nabi SAW tidak jarang menyebut kedua hal itu saja untuk "mewakili" rukun-rukun iman lainnya. Perhatikan misalnyaوَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَDan ada orang-orang yang berkata, "Kami telah beriman kepada Allah dan hari kemudian", padahal sebenarnya mereka bukan orang-orang mukmin QS Al-Baqarah [2] 8.إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِSesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah yang beriman kepada Allah dan hari kemudian QS Al-Taubah [9] 18.إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱلَّذِينَ هَادُوا۟ وَٱلصَّٰبِـُٔونَ وَٱلنَّصَٰرَىٰ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَSesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Shabiin, dan orang-orang Nasrani, siapa saja diantara mereka yang beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran untuk mereka dan tidak pula mereka bersedih hati QS Al-Ma'idah [5] 69. Baca Juga Perhatikan juga sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim melalui Abu Hurairah yang menyatakan "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah dia berkata benar atau diam. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah ia menghormati tamunya". Quraish Shihab menjelaskan bahwa keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada hari kemudian. Memang keimanan kepada Allah tidak sempurna kecuali dengan keimanan kepada hari akhir."Hal ini disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan, sedangkan amal perbuatan baru sempurna motivasinya dengan keyakinan tentang adanya hari kemudian. Karena kesempurnaan ganjaran dan balasannya hanya ditemukan di hari kemudian nanti," tuturnya. Menurut Quraish, banyak redaksi yang digunakan Al-Quran untuk menguraikan hari akhir, misalnya yaum Al-Ba'ts hari kebangkitan yaum Al-Qiyamah hari kiamat,' yaum Al-Fashl hari pemisah antara pelaku kebaikan dan kejahatan, dan masih banyak lainnya. Al-Quran Al-Karim menguraikan masalah kebangkitan secara panjang lebar dengan menggunakan beberapa metode dan pendekatan. Quraisy menjelaskan kata "Al-Yaum Al-Akhir" saja terulang sebanyak 24 kali, di samping kata "akhirat" yang terulang sebanyak 115 kali. Belum lagi kata-kata padanannya. "Ini menunjukkan betapa besar perhatian Al-Quran dan betapa penting permasalahan ini," jelas juga sisi dari "hari" tersebut yang diuraikan Al-Quran, dan uraian itu -yang tidak jarang berbeda informasinya; bahkan berlawanan- diletakkan dalam berbagai surat. Seakan-akan Al-Quran bermaksud untuk memantapkan keyakinan tersebut-bagian demi bagian serta fasal demi fasal- dalam jiwa pemeluknya. Di sisi lain, banyak pula cara yang ditempuh Al-Quran ketika menguraikan masalah tersebut serta banyak pula pembuktiannya. Baca Juga Penafsir besar Al-Biqa'i 809-885 H mengamati bahwa "kebiasaan Allah SWT adalah bahwa Dia tidak menyebut keadaan hari kebangkitan, kecuali Dia menetapkan dua dasar pokok, yaitu qudrat kemampuan terhadap segala yang sifatnya mungkin dan pengetahuan tentang segala sesuatu yang dapat diketahui baik yang bersifat kulli umum maupun juz'i rinci.Karena, siapa pun tidak dapat melakukan kebangkitan kecuali yang menghimpun kedua sifat tersebut." Untuk membuktikan hipotesisnya, Al-Biqa'i mengutip surat Al-An'am 6 72-73. Quraish berpendapat, apa yang dikemukakan Al-Biqa'i tersebut tidak sepenuhnya benar. Namun dapat dikatakan bahwa kebanyakan ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang hari kebangkitan memang sifatnya demikian, apalagi jika dirangkaikan dengan ayat sebelum dan kedua sifat itu agaknya merupakan argumen singkat menghadapi keraguan atau penolakan kaum musyrik menyangkut hari kiamat yang berdalih "Apakah Tuhan mampu menghidupkan kembali tulang-belulang dan yang telah menyatu dengan tanah? Apakah Dia mengetahui bagian-bagian tubuh manusia yang telah berserakan bahkan telah bercampur dengan sekian banyak makhluk selainnya?" Baca Juga mhy
sebutkan dimensi yang terkait dengan keimanan hari akhir